Perilaku yang perlu dihindari Pemimpin

Tidak sedikit orang yang salah menafsirkan, posisi pemimpin dipandang sebagai sebuah perpanjangan rantai kekuasaan. Sebagian lagi memaknai bahwa posisi pemimpin merupakan anak tangga menuju kehidupan yang lebih baik dengan pendapatan yang besar.

Namun terkadang kita lupa, memegang tampuk pimpinan berarti menggenggam serangkaian tanggung jawab yang besar. Tidak hanya satu atau dua, bahkan puluhan ribu orang pun bisa menggantungkan nasibnya pada pemimpin organisasi atau perusahaan.

Dari sinilah, apabila kita mencermati banyak pakar sumber daya manusia menekankan pentingnya perilaku pemimpin yang positif. Dari dunia pendidikan, pembentukan perilaku pemimpin sudah dipersiapkan. Banyak sumber yang menyebutkan perilaku pemimpin yang baik tetapi terkadang juga menginggatkan perilaku yang perlu dihindari. Untuk itu, berikut ini adalah beberapa perilaku yang sebaiknya dijauhi oleh seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

  • Tidak mempunyai visi

Tidak peduli jumlah orang yang dibawahi, seorang pemimpin memang harus memiliki visi. Visi inilah yang menentukan arah gerak seluruh anggota organisasi. Visi dijabarkan menjadi target dan tujuan inilah yang menjadi salah satu nyawa dalam organisasi. Motivasi, keputusan, dan masa depan organisasi tergantung pada visi dari pemimpin. Tanpa visi yang jelas, organisasi bisa bergerak tidak tentu arah

  • Takut dan khawatir

Takut mengambil keputusan berujung pada sikap pemimpin yang peragu. Takut berubah membuat organisasi atau perusahaan menjadi kaku atau lamban bergerak. Khawatir membuat kepercayaan diri pemimpin menyurut. Tingkat kepercayaan bawahan atau karyawan pada pemimpin pun ikut menurun. Perilaku-perilaku ini memang perlu dijauhi.

  • Komunikasi satu arah

Seorang pemimpin memang mempunyai tugas untuk mengambil keputusan. Namun, bukan berarti pemimpin menutup katup komunikasi dari bawahan atau karyawannya. Seorang pemimpin bukanlah dewa. Masukan dari karyawannya juga bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan kebijakan. Komunikasi satu arah dari pemimpin juga bisa memicu kurangnya empati karyawan.

  • Terlibat konflik

Hal ini tidak mudah dihindari. Perbenturan kepentingan riskan terjadi di berbagai organisasi. Namun, peran pemimpin yang baik bukanlah turut dalam suatu konflik, melainkan menjadi pihak penengah. Pemimpin yang baik bukanlah sosok yang berfokus pada masalah, melainkan pada pemecahan masalah atau solusi.

*Kompas, 9 Juni 2015