Intrapreneurship: Kunci Pengembangan Karyawan
Dewasa ini akses informasi dan inovasi sangat berkontribusi terhadap keberlangsungan organisasi maupun kemajuan karyawan. Diperlukan terobosan baru yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Intrapreneurship salah satu alternatifnya.
Siapa yang tidak kenal 3M, perusahaan global yang berbasis di Amerika tepatnya di Maplewood, Minnesota. Produk 3M dikenal membuat hidup lebih baik, dan lebih mudah dengan memberikan solusi teknologi inovatif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ada yang menarik dengan manajemen 3M yang menyeimbangkan kebebasan dan disiplin untuk mengeksplorasi peluang.
Para peneliti 3M yang bekerja di laboratorium diminta untuk terus berinovasi dengan mengeksplorasi produk dan teknologi baru yang menjanjikan, salah satunya dengan memberikan para pemegang saham pengembalian investasi yang menarik. Bagaimana cara melakukan ini? Selama sembilan dekade terakhir, 3M telah mengembangkan paradoks dalam organisasinya, dimana kebijakan dan prosedur 3M benar-benar mempromosikan kebebasan pribadi. Dengan memiliki pedoman yang terkenal – tidak tertulis namun dipahami secara universal – bahwa 8.000 peneliti dapat menghabiskan 15% waktunya untuk mengerjakan sebuah gagasan tanpa persetujuan dari manajemen.
Manajemen 3M telah melaksanakan aktifitas intrapreneurship yang dalam penerapannya memang sangat bergantung pada kemampuan manajemen untuk mempercayai orang. Beberapa peneliti tidak pernah melihat manajer mereka selama enam bulan, dan mungkin tidak ada supervisi dari atasan. 3M tidak mengharapkan kesuksesan setiap saat, tapi berharap para peneliti dapat belajar dari kegagalan mereka. 3M ingin peneliti tersebut terus menunjukkan percikan kreatif karena hal kreativitas menjadi alasan untuk mempekerjakan para peneliti.
Contoh kasus di atas memberi gambaran tentang bagaimana sebuah kebijaksanaan dapat diterapkan di era informasi, ketika ketersediaan informasi sangat berkontribusi terhadap keberlangsungan organisasi maupun keberhasilan para karyawan. Informasi yang semakin mudah didapat dan diakses, mendorong kita untuk bertindak cepat dan memiliki orang yang lebih siap dalam mengambil peluang-peluang dan berinovasi.
Untuk dapat berinovasi dan memenangkan persaingan dalam bisnis sudah tentu insan-insan yang ada di dalam organisasi harus mempersiapkan diri, salah satunya adalah dengan memiliki perilaku intrapreneurship, kesiapan insan-insan yang ada di organsasi untuk dapat berinovasi sudah menjadi kebutuhan. Aktivitas intrapreneurship apapun bentuknya mengandalkan pengetahuan dan komitmen, aktivitas di dalam dunia bisnis memiliki unsur ketidakpastian dan kompleksitas yang tinggi. Jadi, jika kita ingin berkinerja dalam suatu tugas, maka kita memerlukan pengembangan seperangkat kompetensi terhadap insan dalam organisasi.
Untuk menghasilkan suatu inovasi memerlukan pengetahuan tentang apa yang dapat dilakukan serta kesiapan dari insan yang ada di organisasi kemudian bereksperimen dan mau belajar dari individu untuk setiap proses yang ada di dalam organisasi, bila terjadi kesalahan atau kegagalan tidak akan takut untuk untuk mencoba lagi dan lagi serta dibutuhkan usaha ekstra agar bisa memberikan kinerja yang optimal kepada organisasi. Ingat intrapreneurship bukanlah hasil dari sifat pribadi yang merupakan sesuatu bawaan yang dimiliki individu. Intrapreneurship adalah sesuatu bentuk perilaku dan tindakan yang dapat diamati dan dikaji secara berulang serta dapat dinilai sehingga hal tersebut dapat dipelajari.
Intrapreneurship dipandang sebagai suatu cara yang lebih lengkap dalam memahami insan dalam organisasi serta dampak yang dihasilkannya, yaitu pengembangan pribadi baik pengembangan sebagai individu maupun pengembangan sebagai anggota dari suatu organisasi. Sehingga intrapreneurship dipercaya dan dipahami sebagai perilaku yang mencirikan semua insan yang ada dalam organisasi yang memiliki bakat pribadi yang kuat demi kepentingan bersama secara proaktif dalam mengembangkan kemampuan atau kapabilitas baik secara interpersonal maupun secara personal untuk sukses yang pada akhirnya melahirkan peluang dan inisitif baru.
Sosok insan yang memiliki perilaku intrapreneurship yang ideal dituntut mempunyai nilai-nilai ke arah kualitas manusia yang semapan mungkin, dalam artian sangat memperhatikan struktur prioritas intrapreneurship yang terdiri dari :
- Sikap mental (attitude)
- Kepemimpinan (leadership)
- Ketatalaksanaan (management)
- Ketrampilan (skill)
Pembinaan terhadap perilaku intrapreneurship menjadi unsur penting dalam organisasi dan khususnya kehidupan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, perilaku intrapreneurship mencakup juga segi-segi positif dalam motivasi dan proaktivitas. Saran-saran berikut akan membantu anda untuk mengembangkan perilaku intrapreneurship :
- Tunjukan sikap yang positif terhadap pekerjaan, karena sikap inilah yang akan ikut menentukan keberhasilan.
- Gunakanlah imajinasi untuk meluaskan pikiran dan memperoleh ide baru serta cobalah berpikir positif.
- Tunjukan rasa humor terhadap orang lain dengan jalan menyebarkan optimisme dan suasana yang
- Harus mampu memindahkan perhatian dari satu masalah ke masalah lainnya dengan upaya yang minim.
Saat ini semakin banyak perusahaan berusaha meningkatkan perilaku intrapreneurship dalam organsasi. Adanya upaya untuk melakukan pembinaan dalam mengurangi konflik terkait peran insan-insan dalam organasasi dan sekaligus meningkatkan efisiensi dan mengurangi kegagalan dimana pembinaan dapat membantu mengurangi implikasi negatif yang terkait dengan konflik peran. Kemudian meningkatkan keyakinan diri insan-insan yang ada dalam organisasi yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan perilaku intrapreneurship.
Jika dalam organisasi terdapat insan-insan yang memiliki perilaku intrapreneurship, dan bisa saja karena mereka memiliki imajinasi yang tinggi, cepat dalam bertindak dan berani mengambil resiko sehingga sering berbenturan atau berseberangan dengan manajemen, maka jangan langsung memvonis mereka tidak kooperatif. Hargailah perbedaan tersebut dan jangan biarkan manajemen menjadi terganggu, karena dengan kita memiliki insan-insan dalam organisasi yang memiliki perilaku intrapreneurship usahakan dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Mereka mungkin akan mengubah organisasi menjadi lebih maju dan sukses, dan bahkan mereka akan mungkin mengubah dunia.