Menciptakan Pola Pikir dalam Keseimbangan Kehidupan Kerja

Ketika berpikir mengenai keseimbangan kehidupan kerja (work life balance) tentunya kita akan menganalogikan seperti sedang bermain jungkat-jungkit, dimana diperlukan keseimbangan antara sisi kanan dan sisi kiri. Ketika dikaitkan dengan pekerjaan dan kehidupan maka bisa diartikan bahwa sisi kanan adalah pekerjaan dan sisi kiri adalah kehidupan, dan untuk dapat bermain dengan nyaman, maka harus fokus untuk dapat  menyeimbangkan kedua sisi tersebut.

Bila diaplikasikan dalam kehidupan nyata, untuk dapat menyeimbangkan kedua sisi tersebut banyak hal yang bisa dilakukan, misalnya dengan mengelola waktu dan mengurangi ketidakefisienan.  Mengelola waktu dapat membuat kita menjadi lebih produktif sehingga kita harus mencoba untuk membuat jadwal kerja menjadi lebih fleksibel. 

Sesungguhnya bukan hanya masalah waktu yang membuat kita tidak bisa menyeimbangkan kehidupan kerja. Ilustrasi pada saat bermain jungkat-jungkit menjelaskan bahwa masing-masing sisi dapat mengatur ritmenya agar kedua sisi bisa seimbang, dan ketika fokus pada salah satu sisi maka akan terjadi ketidakseimbangan. Berdasarkan hal tersebut apabila kita amati banyak sekali orang yang mencoba untuk mencari keseimbangan kehidupan kerja, tetapi sayangnya sulit untuk  menemukannya.

Saat menggali lebih dalam tentang gaya hidup yang seimbang, kebanyakan orang pada akhirnya mendeskripsikan ingin membuat sesuatu hal yang sangat besar dengan berkontribusi secara optimal melalui inovasi tanpa mengorbankan kesehatan atau kebahagiaan pribadi, dampak positifnya bila hal ini bisa dilakukan maka kesimbangan akan tercapai.  Cobalah berpikir secara obyektif dan logis untuk memprioritaskan hal-hal yang penting tanpa rasa bersalah dengan tetap memperhatikan  kenyamanan dalam bekerja.

Berdasarkan hal diatas keseimbangan kerja adalah tentang kepuasan, tentang siapa kita dan keputusan yang dibuat. Hal ini dapat dimulai dengan merubah pola pikir kita dimana menciptakan keseimbangan bukanlah hal yang mudah karena terkait gaya hidup. Ketidakpahaman dalam menjaga kesimbangan kerja akan menjadi hambatan dalam menciptakannya, fokuslah kepada apa yang menjadi prioritas dan kendalikan jalur karir  serta sederhanakan hidup.

Semua ini membutuhkan keberanian, kekuatan mental, dan ketahanan.  Kita akan dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah, karena pastinya kita akan bertanya pada diri sendiri “mengapa kita mengubah ini semua”. Tetapi kata-kata mengapa itulah yang akan menjadi magic words yang akan membuat kita terinspirasi untuk bertindak menciptakan keseimbangan kerja. Jadi dapat disimpulkan sebenarnya pola pikir adalah segalanya yang akan menciptakan tindakan kita akan berhasil dan sukses menuju kebahagian.

.

5 4 votes
Article Rating
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Zulkiflii
3 years ago

Stigma bahwa kantor dan rumah, kerja dan keluarga, profesi dan privasi dll sebutannya, sampai saat ini masih mendominasi perbincangan publik.
Ada semacam benang merah bahwa dua hal ini adalah hal yg bertentangan dan mesti ditemukan jalan damainya.
Mestinya kalau kita berfikir bahwa dua hal tsb adalah hal yg sama, yakni sama dalam tujuan dan kondisional nya, maka kita akan menemukan cara lain guna mendamaikan mereka mencari jalan tengah..

Merubah stigma ini memang tidak mudah. Kita terlanjur berpandangan bahwa kerja itu memeras waktu dan tenaga guna menghasilkan pendapatan, sehingga tersisa sedikit saja buat keluarga. Dan keluarga butuh perhatian waktu dan tenaga pula, tapi justru menghabiskan pendapatan.

Mungkin kita butuh mengubah pandangan itu dulu…

1. Bagaimana mengubah paradigma kerja, juga keluarga / privasi secara serentak
2. Bagaimana membuatnya sinergis, tanpa harus mengorbankan satu dan lainnya
3. Adakah nilai2 moral atau agama yg dapat kita masukkan atau kita aplikasikan.
4. Pedoman behaviour apa yg sekiranya dapat mendukung pengubahan stigma ini.

Demikian sekilas komen, mohon maaf jika tidak berkenan.

Terimakasih