Menemukan Keseimbangan Manusia dan Mesin dalam Transformasi Digital

Lead: Artificial stupidity yaitu bila suatu sistem artificial inteligence didesain secara tidak tepat, maka hanya akan menghasilkan suatu kebodohan yang terprogram.

Kemajuan teknologi bidang artificial intelligence dibuat agar hidup manusia menjadi lebih aman, nyaman, mudah, dan cepat. Google menciptakan sistem artificial intelligence melalui penciptaan mobil yang dapat mengemudi sendiri (self driving car). Teknologi ini terbukti dapat menekan angka kecelakaan yang disebabkan oleh kelelahan dan mengantuk saat mengemudi.

berbagai belahan dunia, artificial intelligence telah dikembangkan dan diterapkan. Namun di dunia industri, merumuskan kebijakan tentang penggunaan artificial intelligence sendiri tidaklah semata tentang menginstall software baru untuk mencegah hacker. Bahkan, di dunia pemrograman komputer sendiri telah muncul istilah artificial stupidity, yang menggambarkan bagaimana bila suatu sistem artificial inteligence didesain secara tidak tepat, maka hanya akan menghasilkan suatu kebodohan yang terprogram.

Prof Mary ‘Missy’ Cummins, Profesor di Duke University yang memimpin laboratorium Human and Automation Engineering, merumuskan 10 tingkat LOA (Level of Automation) untuk menentukan sejauh mana peran yang diberikan pada komputer dan manusia yang mengeksekusinya. Level 1 yaitu komputer tidak dapat menawarkan bantuan, sampai ia menawarkan sejumlah alternatif tindakan, hingga level 10 dimana komputer menentukan semua dan bertindak secara otomatis.

Setting level otomasi yang ditentukan secara tepat, akan membuat pekerjaan yang berlangsung secara berulang, lama, dan melelahkan yang biasa dilakukan mesin pabrik misalnya, menjadi ringan dan tidak memerlukan perhatian penuh. Ini membuat manusia dapat melakukan banyak pekerjaan yang lebih membutuhkan fleksibilitas, kreativitas, kepemimpinan dan kebijaksanaan.

Yang banyak ditakutkan oleh para penulis sains fiksi adalah otomasi level 10, ketika komputer melakukan semua aktivitas tanpa butuh otorisasi dari manusia. Hal ini bisa dihindari dengan perancangan pemrograman yang baik sejak awal. Karena itulah rancangan otomasi sistem seperti ini membutuhkan penyelia dengan tingkat pengalaman yang tinggi dan kemampuan perumusan kebijaksanaan yang mumpuni.

Bahkan, semua eksekutif level C harus turut urun rembuk untuk memastikan rancangan ini telah memenuhi semua persyaratan, dan menetapkan tingkat otomasi yang rendah, agar sistem kendali tetap ada pada manusia yang menanganinya. Proses ini membutuhkan waktu hingga semua perencanaan matang, karena ada perhitungan yang harus super teliti di belakangnya. Bagaimanapun, semua proses masih akan membutuhkan error correction, penanganan bug, dan perbaikan serta update sistem ke depannya. Artificial Intelligence tercanggih sekalipun harus dibuat untuk terbuka terhadap perbaikan dan harus memungkinkan dilakukannya override system oleh manusia yang menanganinya.

 

Levels of Automation
Automation Level  

Automation Description

1 The computer offers no assistance: human must take all decision and actions.
2 The computer offers a complete set of decision/action alternative, or
3 Narrows the selection down to a few, or
4 Suggests one alternative, and
5 Executes that suggestion if the human approves, or
6 Allow the human a restricted time to veto before automatic execution, or
7 Executes automatically, the necessarily informs humans, and
8 Informs the human only if asked, or
9 Informs the human only if it, the computer, decides to.
10 The computer decides everything and acts autonomously, ignoring the human

 

Apakah Manusia akan sepenuhnya digantikan oleh Mesin? Menurut Roman Stanek, Founder & CEO dari GoodData-sebuah perusahaan business intelligence dan big data analytics software, ada 3 keahlian yang tak mungkin digantikan oleh mesin, yaitu: Komunikasi, Kreativitas dan Fleksibilitas. Sementara Yancey-Siegel, Produser-penulis dan program manager dari GoodJourney menambahkan keahlian Empati, Penilaian, Perencanaan, Kelenturan Fisik, dan Manajemen Teknologi. Sementara penulis menambahkan keahlian lain yang tidak bisa diberikan oleh mesin adalah Kepemimpinan dan memberikan Kebahagiaan.

Prof Missy Cummins juga menjelaskan bahwa walaupun artificial intelligence dapat memproses segala jenis informasi, namun tetap tidak dapat mengalahkan kemampuan berpikir manusia.  Contohnya, komputer makin kesulitan bila harus menghadapi kondisi yang tidak dapat diprediksi dan serba tidak pasti. Ia juga akan kesulitan menghadapi situasi yang membutuhkan keahlian yang rumit, peraturan yang rumit, dan overlap. Komputer makin tidak tepat dalam mengambil keputusan saat dibutuhkan informasi yang menyangkut bidang pengetahuan luas yang belum diinput ke dalam datanya. Di sinilah nilai keahlian manusia yang bisa memimpin dan menentukan pengambilan keputusan.

Diagram di bawah ini dapat membantu Anda untuk mengenali perbedaan karakteristik manusia dan komputer.

Fitts list, which characterizes human-computer interaction
Attribute Machine Human
Speed Superior Comparatively slow
Power Output Superior in level consistency Comparatively weak
Consistency Ideal for consistent, repetitive action Unreliable learning and fatigue are factors
Information capacity Multichannel Primarily single channel
Memory Ideal for literal reproduction, access restricted, and formal Better for principles and strategies, access is versatile and innovative
Reasoning computation Deductive, tedious to program, fast and accurate, poor error correction Inductive, easier to program, slow, accurate, and good error correction
Sensing Good at quantitative assessment, poor at pattern recognition Wide ranges, multifunction, judgment
Perceiving Copes with variation poorly, susceptible to noise Copes with variation better, susceptible to noisie

 

Kita bisa melihat bahwa dalam segi kecepatan, konsistensi dan kekuatan, komputer dan mesin dengan artificial intelligence  dapat mengatasi kelemahan manusia. Namun dalam segi pemrosesan informasi, penggunaan strategi, penerapan prinsip, serta pengolahan memori dan penalaran, manusia jauh lebih baik. Manusia pun lebih ahli dalam hal-hal yang menyangkut kepekaan dan kemampuan mempersepsi. Hal ini karena manusia memiliki pengetahuan yang berdasarkan dari pengalaman. Manusia juga memiliki keahlian untuk melakukan pertimbangan dan dapat melakukan penyesuaian diri untuk menghadapi beragam kondisi yang berbeda. Berbeda dengan komputer yang tergantung pada basis data dimana sistemnya beroperasi, manusia dalam level expert yang handal mampu menangani masalah kompleks dalam jangkauan penilaian yang luas.

Dalam mengadopsi teknologi baru, manusia membutuhkan pengembangan berkelanjutan dengan penekanan pada peningkatan keterampilan seperti pemikiran kritis dan pemecahan masalah. Oleh karena itu organisasi harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya agar para karyawannya dapat mengakses konten mengenai ilmu pengetahuan  terkini, serta memberikan dukungan dan menyiapkan infrastruktur yang baik dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pelatihan yang diperlukan.