Organisasi Pembelajar Mendorong Transformasi Budaya Organisasi
Di era industry 4.0 agar organisasi dapat bertahan dan terus berinovasi, maka organisasi harus merubah dirinya menjadi organisasi pembelajar. Untuk menjadi organisasi pembelajar menuntut pemahaman dan komitmen serta perencanaan yang matang dari pihak-pihak yang ada di dalam organisasi.
Penting diingat bahwa menjadi organisasi pembelajar bukanlah kondisi statis, kebutuhan untuk belajar tidak pernah selesai. Inisiatif seperti peningkatan proses yang berkesinambungan hanyalah bagian dari tujuan keseluruhan organisasi pembelajar, semua orang di perusahaan harus belajar sebanyak dan sesering mungkin untuk meningkatkan produktivitas, ini berarti bahwa organisasi pembelajar selain belajar tetapi juga mempraktekkan dan meningkatkan keterampilan di dalam menjalankan proses bisnis perusahaan.
perusahaan harus mengembangkan struktur dan gaya yang paling cocok untuk para pegawainya, keterampilan dasar serta teknologi yang digunakan, visi, misi, dan budaya organisasi, baru kemudian mengembangkan struktur dan gaya belajar yang tepat. Watkins dan Marsick (1993) menyebutkan organisasi dituntut untuk mengeluarkan potensi terbaik yang dimilikinya baik dari sisi orang, teknologi, dan sumber dayanya.
Belajar dari organisasi pembelajar yang sukses, mereka mengungkapkan sejumlah strategi dan pedoman serta arahan yang dapat membantu organisasi antara lain; Membentuk koalisi yang kuat untuk perubahan, menghubungkan pembelajaran dengan proses bisnis organisasi, mengkomunikasikan visi organisasi, pemimpin menjadi role model serta berkomitmen untuk belajar, mengubah budaya organisasi menjadi organisasi pembelajar, menetapkan strategi di seluruh perusahaan untuk pembelajaran, mengurangi birokrasi, menerapkan teknologi terbaik untuk pembelajaran, dan mengevaluasi keberhasilaan belajar. Hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing organisasi untuk menentukan langkah mana yang paling cocok.
Sebagai contoh nyata yaitu pada saat mengimplementasikan ERP (Enterprise Resources Planning) khususnya HRIS (Human Resources Information System), dimana secara tidak langsung dengan penerapan ERP tersebut akan mendorong budaya organisasi yang diinginkan. Mengapa demikian ?, karena berdasarkan pengalaman bahwa keberhasilan implementasi ERP berhubungan positif dengan budaya organisasi di sepanjang tahapan implementasi ERP, dimana dimensi pembelajaran dan pengembangan, pengambilan keputusan, partisipasi, dukungan, kolaborasi, dan toleransi tim terhadap risiko dan konflik yang timbul pada saat jalannya implementasi ERP terjadi. Selain itu juga keterlibatan manajemen dalam mengidentifikasi tindakan strategis dan taktis untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk keberhasilan implementasi ERP, tindakan manajemen untuk terlibat dan berpartisipasi secara langsung akan mempengaruhi budaya organisasi dan menumbuhkan budaya yang kondusif dalam pelaksanaan implementasi ERP.
Berkomitmen untuk menjadi organisasi pembelajar merupakan langkah pertama yang harus dijalankan, dimana pemimpin berkomitmen untuk mengubah perusahaan menjadi organisasi pembelajar. Apakah dorongan untuk perubahan berasal dari satu pemimpin atau dari sejumlah manajer. Organisasi harus memahami bahwa keberhasilan bisnis tergantung pada keberhasilan belajar. Alasannya sederhana organisasi pembelajar dapat dengan cepat mengubah pengetahuan barunya menjadi produk baru, strategi pemasaran, dan cara berbisnis. Sebagai manfaat tambahan, organisasi pembelajar dapat menjadi tempat yang menyenangkan, dan memuaskan untuk bekerja.
Perusahaan yang sedang dalam perjalanan untuk menjadi organisasi pembelajar harus memahami bahwa mereka perlu mengubah budaya yang ada dengan cara yang signifikan, hal inilah yang akan menjadi dasar mengapa organisasi perlu melakukan transformasi budaya organisasi. Beberapa pendekatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
I. Membangun pembelajaran berkelanjutan
Ketika membangun sebuah organisasi pembelajar, pembelajaran berkelanjutan harus menjadi kebiasaan, kesenangan, dan bagian alami dari pekerjaan untuk semua orang, melalui langkah-langkah sebagai berikut:
- Pembelajaran harus secara otomatis menjadi bagian yang integral dari produksi, pemasaran, penyelesaian masalah, keuangan, layanan pelanggan, dan setiap operasi organisasi lainnya.
- Berjanji untuk memberikan banyak kesempatan untuk belajar, termasuk program pendidikan formal, menjadi fasilitator dalam panel maupun seminar, dan masuk dalam program kerja bulanan. Hal ini akan menjalin hubungan baru dengan karyawan, yang menunjukkan kepercayaan organisasi pada mereka dan pembelajaran mereka.
- Pastikan lingkungan yang mendukung dan menarik, di mana pembelajaran berkelanjutan menghasilkan refleksi, wawasan, dan ide-ide baru yang dapat diterjemahkan ke dalam tindakan di seluruh organisasi.
- Membangun komitmen pembelajaran berkelanjutan di semua tingkat organisasi dan dukungan yang jelas untuk pertumbuhan dan pengembangan semua anggota.
- Komunikasikan tujuan yang jelas yang ingin dicapai bahwa belajar dan berlatih tidak pernah selesai. Faktor ini adalah cara lain untuk mengungkapkan apa yang disebut Peter Senge (1990) sebagai “penguasaan pribadi.”
II. Membangun organisasi pembelajar untuk peningkatan kinerja yang berkesinambungan melalui :
- Komitmen untuk perbaikan terus-menerus merupakan kekuatan pendorong bagi semua organisasi pembelajar yang berusaha untuk menyenangkan pelanggan.
- Organisasi pembelajar berkembang dalam budaya peningkatan berkelanjutan melalui praktek manajemen mutu menuju pembelajaran di dalam organisasinya. Manajemen mutu membutuhkan pendekatan pembelajaran yang komprehensif yang mendorong semua orang untuk meningkatkan kinerja.
III. Permberdayaan karyawan
- Karyawan harus diberdayakan dengan kebebasan, kepercayaan, pengaruh, peluang, pengakuan, dan otoritas yang diperlukan
- Peningkatan keterampilan, pengetahuan, nilai-nilai, dan kemampuan yang diperlukan sehingga mereka dapat berkontribusi pada organisasi pada secara optimal.
Vogt dan Murrell (1993) berpendapat bahwa pemberdayaan sangat penting dalam membangun lingkungan belajar yang sukses, karena itu dapat memicu pembelajaran dan kinerja yang luar biasa.
Dari ketiga hal tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Bahwa Organisasi pembelajaran memahami bahwa membangun pembelajaran yang berkelanjutan, peningkatan kinerja yang berkesinambungan dan pemberdayaan karyawan sangat penting untuk kesuksesan organisasi secara keseluruhan.
- Keberhasilan diperoleh melalui pengalokasikan waktu, uang, dan pegawai untuk meningkatkan keterampilan tidak hanya untuk pekerjaan saat ini tetapi untuk masa depan, tantangan yang tidak terduga.
- Peran budaya organsasi dalam menjalankan organsasi pembelajar sangat dominan karena karyawan jauh lebih nyaman dengan menjalankan visi dan harapan perusahaan ketika mereka memiliki peran besar untuk dimainkan dan menerapkan keterampilan yang di miliki untuk kemajuan organisasi.